Tampilkan postingan dengan label Selebriti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Selebriti. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Juli 2009

KISAH SEUTAS DASI



Apakah ini? Seutas kain berwarna warni yang tergantung dileher para eksekutif? Ya! betul. Itu Dasi!! Jawaban yang logis yang tentunya diberikan oleh orang normal : itu adalah seutas dasi.

Tetapi orang gila akan mengatakan apa yang dikalungkan dileher itu konyol, selembar kain berwarna tanpa makna yang diikat dengan cara rumit, yang membuat kita sulit bernafas dan menoleh.

Terkadang aku berpikir apa sih gunanya dasi? , sama sekali tidak ada. Ini bahkan bukan lagi sekedar hiasan, karena benda ini sekarang telah menjadi simbol perbudakan, kekuasaan, keangkuhan. Satu-satunya fungsi dasi adalah memberi rasa lega ketika kita pulang kerumah dengan melepaskannya; rasanya seperti terbebas dari sesuatu, meskipun kita sendiri tidak tahu sesuatu itu apa.

Tetapi, apakah rasa lega itu menjadi pengabsah keberadaan dasi? Tidak!! Tetapi jika kutanya kepada orang gila dan orang waras apakah benda ini, orang waras tentu akan menjawab : "Seutas dasi". Tidak jadi soal siapa yang tepat, yang penting adalah siapa yang benar.

Berikut sedikit penjelasan tentang dasi yang saya kutip disini

Dasi, menurut Asosiasi Aksesori Leher Amerika, punya sejarah panjang yang melilit perkembangannya. Sejak zaman batu pun aksesori di leher dan dada sudah ada, khususnya untuk memberi ciri pada kelompok pria dari strata tinggi.

Malah, pada masa Romawi kuno sudah dipakai kain untuk melindungi leher dan tenggorokan, khususnya oleh para jurubicara. Pada perkembangannya prajurit militer Romawi pun memakainya. Bukti dipakainya aksesori kain leher tampak pada patung batu di makam kuno, Xian, Tiongkok.

Aksesori leher terkenal lainnya muncul di masa Shakespeare (1564 - 1616), yakni "ruff". Kerah kaku dari kain putih itu bentuknya serupa piringan besar yang melingkari leher. Untuk mempertahankan bentuk, ruff sering dikanji. Lambat laun orang merasa ruff yang bertumpuk-tumpuk hingga mencapai ketebalan beberapa sentimeter mengakibatkan iritasi.

Lahirlah "cravat" pada masa pemerintahan Louis XIV tahun 1660-an. Namun, Kroasia lebih tepat disebut sebagai tanah asal dasi. Bahkan konon kata ini berasal dari nama negara Kroasia dalam bahasa setempat Hrvatska.

Ini sesuai penuturan Francoise Chaile dalam buku La Grande Historie de la Cravate (Flamarion, Paris, 1994). "... Sekitar tahun 1635, sekitar enam ribu prajurit dan ksatria datang ke Paris, yang disewa oleh Louis XIII dan Richelieu. Pakaian tradisional mereka amat menarik. Sehelai sapu tangan diikatkan di leher dengan cara khusus. Sapu tangan itu terbuat dari berbagai kain, dari yang serupa seragam, katun halus, hingga sutera. Gaya unik ini segera 'menaklukkan Perancis'. Apalagi cara ini lebih praktis ketimbang kerah kaku. Sapu tangan itu cuma diikat, dengan ujung-ujungnya dibiarkan lepas."

Maka disebutlah sapu tangan itu cravat, artinya "penduduk dari Kroasia".

Sebagaimana aksesori leher di zaman batu, keindahan cravat dan cara mengikatnya menunjukkan kelas si pemakai. Konon Beau Brummell (1778 - 1840), yang banyak mempengaruhi perkembangan mode, perlu waktu berjam-jam untuk mengikat cravat-nya.

Banyak buku teknik mengikat cravat diterbitkan. Salah satunya menampilkan 32 cara, meski kenyataannya ada lebih dari 100 cara yang resmi dikenal saat itu. Begitupun, ada saja orang yang ingin mengekspresikan kepribadian mereka dengan kreasi sendiri.

Selanjutnya muncul adab mengenakan cravat. Seseorang pantang menyentuh cravat orang lain. Kalau sampai terjadi, tindakan itu bisa berakibat fatal, yakni duel.

Bahkan takhayul pun berkembang di seputaran cravat. Konon saat Napoleon Bonaparte mengenakan cravat hitam yang dililitkan dua kali memutari leher, ia selalu menang perang. Celakanya, saat terjun di Waterloo ia memakai cravat putih. Akibatnya? Ia pun "jatuh".

Tahun 1860-an cravat dengan ujung yang panjang mulai menyerupai aksesori leher modern alias dasi. Ketika muncul mode kemeja berkerah, dasi disimpulkan di bawah dagu, ujung panjangnya terjuntai di depan kemeja. Sementara dasi berbentuk kupu-kupu baru populer tahun 1890-an.

Dengan kemajuan teknologi, kini dasi jadi makin beragam warna, desain, dan teksturnya. Alhasil, lebih dari 100 juta dasi menyerbu berbagai gerai dasi setiap tahun.

Pada tahun 2002 penyanyi asal Kanada, Avril Lavigne mempopulerkan pemakaian dasi secara casual bagi para remaja wanita.

Berikut adalah berbagai macam motif dasi, bagi yang berminat silahkan pilih sendiri Gratis..... saya juga ngambilnya gratis koq disini

Dasi Supir Taxi


Dasi Rekonstruksi Polisi


Dasi Bartender

Dasi Atlit Pingpong


Dasi Pecandu TTS


Dasi Juragan Es Krim


Dasi Juragan Hot Dog

Dasi Gamer Tetris

Dasi Gamer Space Invader



Dasi Dokter Mata


Dasi Netter


Mari saling ngevote di Top Global Site dengan meng- KLIK DSINI

Jumat, 03 Juli 2009

JUARA THE MASTER SEASON 3 ; RIZUKI, THE PRINCESS MAGICIAN


“DUEL FINAL SEASON 3”

Rizuki versus Bayu Gendeng!!
Pertama kali dalam sejarah The Master, seorang kandidat wanita melaju ke babak final. Dua kekuatan berbeda yang luar biasa akan menjadi duel yang paling ditunggu-tunggu oleh pemirsa. The Princess Magician bertarung melawan Psycho Magician.

Malam Duel Final live dari Integrity Convention Center, MGK Kemayoran dibuka dengan aksi parade kekuatan para Master. Sebagai pembuka, Master Deddy Corbuzier membengkokkan linggis hanya dengan konsentrasi pikirannya. ”Jika Anda menganggap kekuatan Limbad hebat, Anda harus melihat ini.” ujar Deddy.

Masing-masing dari mereka memainkan 2 permainan yang sangat spektakuler. Untuk permainan pertama, Rizuki menunjukkan sesuatu yang belum pernah dimainkan oleh magician di Indonesia, Levititation. Efek melayang akan dilakukan oleh Rizuki seperti yang pernah dilakukan David Copperfield. ”Memainkan sesuatu yang pernah dimainkan oleh David Coperfield merupakan hal yang tidak mudah. Penampilan ini sengaja saya simpan untuk final.” Di permainan kedua, Rizuki bermain dengan banyak efek illusi dan kecepatan tangan, dengan memunculkan merpati warna-warni yang ditutup dengan aksi memunculkan Limbad di atas panggung yang disambut dengan aplous meriah penonton.

Bayu Gendeng pun memainkan trik tak kalah menariknya. Jika sebelumnya masyarakat Indonesia sudah pernah mendengar permainan Bambu Gila, kali ini Bayu mengambil nama Bambu Gendeng. 6-8 orang dipanggil untuk memegang sebuah balok bambu, sebuah balok bambu biasa yang digunakan sehari-hari. Lalu orang-orang ini dibuat kewalahan karena harus mengontrol sebuah bambu. Bagaimana bisa? ”Namanya juga Bambu Gendeng,”kelakar Bayu Gendeng. Pada permainan kedua, Bayu mengajak kita semua untuk mengenal lebih dekat kuliner dari Dunia Gendeng. Bak seorang chef ternama, Bayu memasak nasi goreng Namun, bukan Gendeng namanya kalau hanya memasak nasi goreng biasa.

Untuk lebih menambah cita rasa nasi goreng buatannya, tanpa menggunakan alat apa pun Bayu langsung memasukkan tangannya ke dalam penggorengan yang panas untuk menumis bumbu, menggoreng telur & mengaduk masakan. Hasilnya diserahkan langsung ke tim penilai Melisa Karim yang justru memanggil Master Limbad untuk menikmatinya, tak ayal lagi Master Limbad langsung mengunyah bumbu nasi goring tersebut yang berupa beling bersama si Gendeng.


Antara penampilan pertama dan kedua masing-masing finalis magician, tampil selingan Master Tarno dan Master Joy Sandy dan tidak ketinggalan pesan sponsor dari Master Dedy.

Meskipun poling sms pertama adalah 49,72% untuk Rizuki dan 50,28% untuk Bayu Gendeng, namun di akhir acara poling sms berubah drastis menjadi 63,04% untuk Rizuki dan 36,96% untuk Bayu Gendeng. Tentunya Dark Angel menarik Jubah Bayu Gendeng, dan Rizuki tampil sebagai Juara The Master Season 3.

Dan untuk minggu depan Rizuki akan melawan juara The Master season 4 untuk meraih gelar The Master sulap Indonesia. Kandidat The Master season 4 sepertinya hebat-hebat. Semoga The Master season 4 juga seru. Oh iya, ada The Master junior RCTI, tentunya akan menawarkan aksi yang tidak kalah serunya, The Master Junior RCTI akan tayang mulai besok dan setiap Minggu di RCTI pukul 17.30 WIB.


Selasa, 16 Juni 2009

MANOHARA ODELIA PINOT, MAIN SINETRON


Kehebohan tak habis-habisnya dibuat oleh Manohara Odelia Pinot. Kasus KDRT yang menimpanya belum menemukan titik terang , kini ia dikabarkan akan main sinetron untuk sebuah rumah produksi. Bayarannya sungguh fantastis, gosipnya mencapai Rp 2,5 M. Benarkah?

Rumah produksi SinemArt yang disebut-sebut rela membayar Rp 2,5 miliar untuk Manohara main dalam 25 episode sinetron. Itu artinya, untuk main satu episode sinetron, Manohara dibayar Rp 100 juta.

Saat dikonfirmasi mengenai gosip tersebut, Abdul Aziz humas dari SinemArt membantahnya. "Nggak lah, nggak masuk akal angkanya," jelasnya saat dihubungi detikhot melalui telepon Selasa (9/6/2009).

Menurut Aziz, Rp 2,5 miliar terlalu besar untuk membayar seorang Manohara. Biasanya jumlah sebanyak itu adalah ongkos produksi untuk membuat satu buah sinetron.

Ditegaskan Aziz, sampai saat ini pihak SinemArt belum melakukan perjanjian apapun dengan Manohara. Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk rumah produksi tersebut mengajak Manohara main sinetron.



Sumber :
1. http://www.detikhot.com
2. http://www.youtube.com

Rabu, 15 April 2009

CALEG SELEBRITI 2009

Sejumlah caleg berlatar belakang selebriti yakin mampu mengubah wajah DPR yang saat ini terpuruk. Kendati banyak yang meragukan integritas dan kapasitasnya, mereka berkomitmen menjadi wakil rakyat yang bersih serta mampu memberi angin segar dalam kerja legislasi.
Paling tidak ada sekitar 61 orang, atau sekitar 0,6 persen, yang punya latar belakang dunia hiburan. Mereka selebriti yang namanya cukup dikenal khalayak luas. Toh meski kecil, sebenarnya persentase jumlah selebriti yang menjadi caleg meningkat. Pada pemilihan umum tahun 2004 lalu, jumlah artis yang ikut dalam daftar celeg tidak sampai 20-30-an.
Komitmen tersebut diungkapkan Tantowi Yahya dan Rieke Dyah Pitaloka yang tampil sebagai pembicara dalam diskusi bertema Persaingan Menuju Senayan di DPD kemarin.
Rieke yang dicalonkan PDIP dan Tantowi Yahya dari Partai Golkar menyatakan siap memberikan kontribusi positif bila menjadi wakil rakyat. Terutama mengubah image bahwa anggota DPR mudah disuap dan menerima gratifikasi. ''Modal yang paling penting (untuk menjadi anggota dewan, Red) adalah kesiapan mental dan finansial. Dan saya bersyukur dua hal itu sudah terpenuhi,'' ujar Tantowi.
Dia memaparkan, keputusannya meninggalkan dunia selebriti yang penuh kemewahan merupakan salah satu pengorbanan besar dalam hidupnya. Karena itu, dia meminta agar para wartawan mencatat komitmennya untuk tidak menerima gratifikasi dalam bentuk apa pun ketika nanti terpilih menjadi wakil rakyat. ''Saya tidak kaya. Tapi, saya merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya rasa, rayuan seperti itu tidak akan membuat saya tergoda,'' tegasnya.
Untuk menunjukkan kompetensinya, Tantowi berjanji menolak jika ditempatkan partainya di komisi yang membidangi masalah yang tidak dia kuasai. Caleg yang dipasang dari dapil Sumsel itu berharap ditempatkan di komisi pendidikan, seni, dan budaya. ''Saya ditawari partai ditempatkan di komisi I. Alasannya, saya fasih berbahasa Inggris dan menjabat organisasi persahabatan Amerika-Indonesia selama dua periode. Tapi, saya dengan tegas menolak,'' ungkapnya.
Rieke justru menyayangkan stigma buruk yang masih diberikan masyarakat kepada artis saat maju sebagai caleg. Meski belum menunjukkan perannya, sejumlah selebriti yang sudah menjadi anggota DPR terbukti tidak mempunyai catatan buruk. ''Mengapa masyarakat tidak mempertanyakan mereka yang diduga pernah melanggar HAM dan malah mendirikan partai atau maju sebagai calon presiden?'' ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia menuturkan, sebagai anggota dewan, seluruh tingkah laku selama melaksanakan tugas kedewanan akan dipertanggungjawabkan secara pribadi. Karena itu, dia berharap masyarakat tidak menggeneralisasi kelakuan buruk anggota DPR.
''Kalau ditanya soal kasus Agus Tjondro, saya dengan tegas akan menolak berbuat seperti itu, meski yang bersangkutan mengaku menerima suap. Tapi, itu sudah berlangsung lama. Seharusnya Mas Agus menolak (uang gratifikasi) sejak awal,'' katanya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia Bonie Hargens pesimistis atas harapan perubahan di parlemen. Sebab, berdasar daftar caleg tetap (DCT) yang dikeluarkan KPU, mayoritas orang-orangnya sama. ''Sirkulasi kepemimpinan terseok-seok. Saya sampai bosan melihat DCT,'' ujarnya mengkritik.

Sumber : http://www.kendaripos.co.id