Memperhatikan perkembangan terkini politik tanah air yang semakin hangat, tidak ada salahnya saya ikut-ikutan berkomentar guna lebih memanaskan suasana. Tentunya apa yang saya sampaikan mungkin berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, sebab basic pemikiran saya bukan orang politik apalagi pengamat politik. Sekedar menulis sesuatu tentang apa yang saya lihat sebagai seorang calon pemilih. Sebuah opini realistis yang bersumber pada data dan informasi dengan bumbu penyedap bahasa yang bersumber dari feeling dan naluri politik.
Hengkangnya Hary Tanoe beberapa waktu yang lalu dari jajaran tokoh tokoh elit yang membentengi Nasdem turut menginspirasi ide tulisan ini. Seluruh media massa saat itu berlomba-lomba menempatkan peristiwa itu sebagai sajian utama pemberitaan. Ini adalah sesuatu yang menarik, disatu sisi nampaknya Nasdem sangat dirugikan dengan pemberitaan besar-besaran itu, namun disisi lain saya melihat bahwa Nasdem sebenarnya sedang mencuri perhatian publik politik. Bahwa sesungguhnya Nasdem pada pemilu 2014 mendatang sangat di perhitungkan kekuatannya oleh para penggiat politik tanah air.
Nasdem adalah partai anak kemarin sore, namun siapapun mengetahui bahwa isi di dalamnya di penuhi oleh jawara-jawara politik negeri ini. Bahwa partai yang mengusung tema gerakan perubahan ini adalah satu satunya partai yang pertama lolos dalam babak verifikasi di lembaga terkait. Sebuah bukti bahwa partai ini memang sudah di persiapkan sedemikian rupa oleh pendiri dan pengurusnya untuk bisa unjuk kekuatan bertarung pada pemilu mendatang. Sebuah persiapan yang memang jelas terlihat jika kita mengikuti event-event politik Nasdem baik yang bersifat internal maupun kegiatan eksternal yang heboh dan berbau kampanye.
Nasdem adalah partai anak kemarin sore, namun siapapun mengetahui bahwa isi di dalamnya di penuhi oleh jawara-jawara politik negeri ini. Bahwa partai yang mengusung tema gerakan perubahan ini adalah satu satunya partai yang pertama lolos dalam babak verifikasi di lembaga terkait. Sebuah bukti bahwa partai ini memang sudah di persiapkan sedemikian rupa oleh pendiri dan pengurusnya untuk bisa unjuk kekuatan bertarung pada pemilu mendatang. Sebuah persiapan yang memang jelas terlihat jika kita mengikuti event-event politik Nasdem baik yang bersifat internal maupun kegiatan eksternal yang heboh dan berbau kampanye.
Program santunan kematian adalah contoh kecil dari seluruh persiapan-persiapan yang saya maksudkan. Dengan cerdik partai ini memanfaatkan program tersebut guna menunjukan eksistensi diri tanpa perlu merasa berkampanye lagi. Bagi saya program ini adalah terobosan besar sebuah partai yang patut di apresiasi. Dalam sebuah kesempatan saya menjumpai Nasdem benar-benar merealisasi hak para anggotanya (Pemilik kartu anggota). Tentu ini bermanfaat bagi masyarakat kelas bawah dan bisa menjadi semacam kampanye bayangan pada masyarakat umumnya.. Dengan begitu, kehadiran partai ini akan tetap terasa walaupun jauh dari masa kampanye, dimana biasanya pada masa yang sesaat itulah semua partai berlomba lomba menunjukan diri, menunjukan kepeduliannya sekaligus menunjukan sifat aslinya. Lalu seperti biasa, setelah masa kampanye berakhir mereka pun lenyap tidak berbekas seperti hantu.
Tapi tentu saja, bantuan dari lembaga yang disebut partai akan menimbulkan apriori sebagian kalangan terhadap sifat dan tujuan program itu. Terlepas dari anggapan itu, partai yang menggunakan logo dengan makna rotasi dinamis ini sudah menunjukan sisi kemanfaatan dengan langsung menyentuh pada sasaran. Ini masih lebih baik menurut saya jika dibandingkan dengan bantuan partai dalam bentuk proposal yang prosesnya ribet dengan penyaluran yang “tidak jelas” untuk apa dan siapa. Sudah bukan rahasia lagi jika bantuan dalam bentuk proposal bagi orang orang tertentu tidak lebih sebagai ajang mencari nafkah tanpa perlu bekerja keras. Disisi lain menurut saya yang naif ini, proposal lebih rentan akan menciptakan lapangan usaha yang berpotensi menciptakan kader-kader partai yang bermental calo.
Sesungguhnya Nasdem dengan semangat perubahan-nya memiliki kesempatan besar untuk turut andil dalam menentukan arah dan masa depan bangsa ini. Terinspirasi dari Revolusi Jepang yang di kenal dengan sebutan Restorasi Meiji, tentunya partai ini sudah memiliki gambaran seperti apa langkah langkah yang akan di tempuh jika kelak mereka berhasil menjadi bagian utama dalam pemerintahan. Dan pasti terlaksana jika mereka tetap setia dalam koridor gerakan perubahan yang menjadi tujuan utama perjuangan partai. Hal positif lainya adalah, bahwa kini kata restorasi sudah identik dengan kata Nasdem, ini yang mesti mereka harus buktikan.
Menoleh ke belakang, kelahiran Nasdem mengingatkan kita tentang kehebatan Partai Demokrat di awal kemunculannya. Ada beberapa kemiripan yang saya anggap sebagai keberuntungan bagi keduanya. Mereka lahir pada saat yang tepat, dimana kondisi partai partai besar lainnya sedang terkapar. Terkapar dengan banyaknya masalah internal yang mereka hadapi, dan yang lainnya mungkin sedang tidur terlena . Dengan begitu tidaklah aneh bila Nasdem pada saat saat tertentu, terlihat lebih dominan dalam memanfaatkan momen-momen tertentu untuk melakukan gerilya dan manuver politik.
Lihat saja, bagaimana kalimat kalimat restorasi berhembus begitu kencang di media media. Dan di tempat yang sama pula, berita tentang moral rendahan para politisi dan pejabat yang menjadi simbol partai tertentu sedang babak belur di hajar oleh media massa. Secara tidak langsung media massa telah menghadapkan kita pada dua pilihan, mau memilih penjahat atau pahlawan..? Secara informatif ini semacam kemenangan awal bagi Nasdem dalam memanfaatkan situasi dan kondisi. Dan di sisi lain, satu-satunya partai yang membayangi kedahsyatan Nasdem dalam hal yang sama menurut saya adalah Gerindra. Ya, Si Macan Asia adalah salah satu kekuatan yang masih tegar menyeringai di layar kaca maupun di jejaring sosial sebagai tanda bahwa mereka juga masih ada.
Tapi tentu saja, bantuan dari lembaga yang disebut partai akan menimbulkan apriori sebagian kalangan terhadap sifat dan tujuan program itu. Terlepas dari anggapan itu, partai yang menggunakan logo dengan makna rotasi dinamis ini sudah menunjukan sisi kemanfaatan dengan langsung menyentuh pada sasaran. Ini masih lebih baik menurut saya jika dibandingkan dengan bantuan partai dalam bentuk proposal yang prosesnya ribet dengan penyaluran yang “tidak jelas” untuk apa dan siapa. Sudah bukan rahasia lagi jika bantuan dalam bentuk proposal bagi orang orang tertentu tidak lebih sebagai ajang mencari nafkah tanpa perlu bekerja keras. Disisi lain menurut saya yang naif ini, proposal lebih rentan akan menciptakan lapangan usaha yang berpotensi menciptakan kader-kader partai yang bermental calo.
Sesungguhnya Nasdem dengan semangat perubahan-nya memiliki kesempatan besar untuk turut andil dalam menentukan arah dan masa depan bangsa ini. Terinspirasi dari Revolusi Jepang yang di kenal dengan sebutan Restorasi Meiji, tentunya partai ini sudah memiliki gambaran seperti apa langkah langkah yang akan di tempuh jika kelak mereka berhasil menjadi bagian utama dalam pemerintahan. Dan pasti terlaksana jika mereka tetap setia dalam koridor gerakan perubahan yang menjadi tujuan utama perjuangan partai. Hal positif lainya adalah, bahwa kini kata restorasi sudah identik dengan kata Nasdem, ini yang mesti mereka harus buktikan.
Menoleh ke belakang, kelahiran Nasdem mengingatkan kita tentang kehebatan Partai Demokrat di awal kemunculannya. Ada beberapa kemiripan yang saya anggap sebagai keberuntungan bagi keduanya. Mereka lahir pada saat yang tepat, dimana kondisi partai partai besar lainnya sedang terkapar. Terkapar dengan banyaknya masalah internal yang mereka hadapi, dan yang lainnya mungkin sedang tidur terlena . Dengan begitu tidaklah aneh bila Nasdem pada saat saat tertentu, terlihat lebih dominan dalam memanfaatkan momen-momen tertentu untuk melakukan gerilya dan manuver politik.
Lihat saja, bagaimana kalimat kalimat restorasi berhembus begitu kencang di media media. Dan di tempat yang sama pula, berita tentang moral rendahan para politisi dan pejabat yang menjadi simbol partai tertentu sedang babak belur di hajar oleh media massa. Secara tidak langsung media massa telah menghadapkan kita pada dua pilihan, mau memilih penjahat atau pahlawan..? Secara informatif ini semacam kemenangan awal bagi Nasdem dalam memanfaatkan situasi dan kondisi. Dan di sisi lain, satu-satunya partai yang membayangi kedahsyatan Nasdem dalam hal yang sama menurut saya adalah Gerindra. Ya, Si Macan Asia adalah salah satu kekuatan yang masih tegar menyeringai di layar kaca maupun di jejaring sosial sebagai tanda bahwa mereka juga masih ada.
Seperti halnya Demokrat, Nasdem pun memiliki kesamaan lain dalam hal mendapatkan simpati (awal). Masyarakat pada umumnya suka dengan hal hal yang baru. Rasa penasaran pada sesuatu yang baru yang dikemas secara apik tentunya akan sangat menggoda. Apalagi jika pilihan lain yang menjadi alternatif semakin hari semakin tidak karuan bentuknya. Ini salah satu sisi keberuntungan yang tidak mustahil Nasdem akan raih sebagai poin ekstra di samping program unggulan yang mereka tawarkan tentunya. Namun dibalik kebesaran dan kemujuran itu, mundurnya tokoh sekaliber Hary Tanoe sedikit banyak mendatangkan kerugian tersendiri bagi partai baru ini. Ada dua kerugian yang di akui atau tidak oleh internal partai timbul disebabkan oleh menyingkirnya tokoh ini :
Pertama, kerugian dalam hal berkurangnya sokongan fisik seperti dana, promosi dan tentu saja dalam hal dukungan massa. Siapun mengetahui bahwa jaringan media informasi berkelas di negeri ini ada di bawah pengaruh tokoh ini. Disamping itu dengan berpalingnya Bos MNC ini, tentunya akan di ikuti oleh gerbong gerbong politik di belakang Hary Tanoe.
Kedua, Nasdem dengan peristiwa ini terkesan cacat dalam hal membangun image partai yang kokoh dan solid. Sebab sebelumnya hal yang sama juga terjadi pada Sri Sultan HB X . Tiada asap jika tiada api, apapun alasannya, keluarnya tokoh ini tetap akan meninggalkan noda tersendiri yang akan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak sedap untuk Nasdem. Ini menjadi tugas tersendiri bagi pengurus dan simpatisan partai untuk tampil menjawab pertanyaan berbahaya ini agar tidak merugikan partai secara umum. Bagaimanapun juga, faktor Hary Tanoe bisa menjadi senjata untuk mengurangi “kesempurnaan” yang Nasdem raih selama ini.
Sebaliknya, jika benar prediksi saya, bahwa Nasdem memiliki "kemujuran" yang sama dengan Partai Demokrat, maka bisa di pastikan Nasdem kelak akan mendulang suara yang cukup signifikan pada pemilu perdana mereka.. Seperti diketahui, Demokrat di awal keberadaannya begitu menarik perhatian massa pemilih terutama massa mengambang dan Golput. Apalagi di era sekarang ini fanatisme terhadap partai sudah tidak sekental masa lalu. Ini terbukti ketika pada pemilu terakhir 2009, Demokrat dengan menjual kharisma tunggal SBY kembali menunjukan keperkasaannya dengan meraih suara terbanyak mengalahkah partai partai besar dan partai dengan massa fanatis lainnya.
Tapi sayang, Partai ini (PD) terkikis dari dalam karena ketidak becusan sebagian tokoh-tokoh yang awalnya begitu sempurna menampilkan kesan heroik. Tidak tanggung tanggung, pentolan pentolan partai Demokrat yang dulu berteriak anti korupsi kini malah menjadi tersangka korupsi kelas wahid. Tentunya ini akan menjadi pelajaran berharga buat partai lain khususnya Nasdem, agar lebih selektif lagi dalam memilih icon-icon partai. Jangan sampai awalnya begitu garang mengaum, namun setelah mendapatkan amanah rakyat malah menjadi melempem, yang lebih tragis lagi mungkin akan lebih “galak”.
Tetapi, tidaklah salah jika berharap bahwa gerakan restorasi yang hendak Nasdem perjuangkan bisa benar-benar terwujud. Harus diakui bahwa partai partai besar yang pernah mendapatkan kesempatan dalam menjalankan amanah, tidak satu pun mampu memberikan rasa kepuasan pada negeri ini. Korupsi tetap merajalela, hukum masih menjadi lahan perdagangan, premanisme semakin meningkat, dan tentu saja kemiskinan sepertinya masih menyelimuti orang yang itu itu saja. Sepertinya pepatah yang mengatakan, yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin masih menjadi ungkapan favorit negeri ini. Pertanda partai yang memerintah gagal dalam mewujudkan visi misi (janji janji manis) mereka pada masa kampanye.
Akankah Nasdem mampu memanfaatkan situasi yang menjemukan ini sebagai lahan penyegaran seperti Demokrat pada pemilu 2004 yang lalu..? Mampukah Nasdem menarik simpati massa yang sudah terlanjur pesimis dengan partai politik..? Dua pertanyaan ini sudah cukup membuat Nasdem mesti mempersiapkan kader kader terpilihnya guna menjawab tantangan tersebut. Sebab seperti yang saya katakan, bahwa Nasdem dalam pemilu 2014 mendatang, kurang lebih posisinya seperti Demokrat pada pemilu 2004 sebelumnya. Posisi yang cukup menjanjikan untuk menjadi salah satu yang terdepan. Ini adalah sebuah kesempatan besar bagi Nasdem guna mencuri point point yang dibuang percuma oleh Demokrat sekarang ini.
Fakta, bahwa kemenangan Demokrat yang notabene adalah anak bau kencur pada Pemilu 2009, menunjukan bahwa pemilih ingin melihat perubahan di negeri ini. Rakyat sudah tidak mempercayai keseriusan partai partai besar yang sudah ada sebelumnya. Dan hal yang sama kini sedang terulang lagi, dimana partai pemenang pemilu yang di harapkan lebih "gaul" ternyata tidak kalah "norak"nya. Tentunya mereka akan melirik partai lain yang bisa diharapkan lebih baik lagi. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlewati, Nasdem dengan gaung restorasinya seperti memahami hal ini sehingga secara gencar melakukan gerilya politik baik melalui media maupun program langsung kepada masyarakat. Dan hasilnya Nasdem secara strategis berhasil memperjelas posisi superiornya saat parpol lain sibuk berkutat dengan citranya yang coreng moreng, dan sebagian lagi masih terhuyung kolaps di KPU.
Tidak ingin melepas kesempatan, Nasdem semakin memperhebat aksi manuvernya. Kali ini ""Kendaraan Perang" Surya Paloh ini melancarkan serangan "psikologis" mematikan yang membuat nyali lawan politiknya semakin menciut gentar. Wacana provokatif 5-10 milyar yang di lontarkan Nasdem (bagi caleg-nya) bisa di artikan sebagai sebuah tamparan, sekaligus tantangan perang terhadap partai-partai besar lainnya. Sekali lagi Nasdem membuktikan kelasnya dengan menunjukan kekuatan amunisi perang melimpah, dan siap di muntahkan kapan saja sebagai isyarat bahwa Sang Restorator tidak main-main dengan ancamannya.
Fakta, bahwa kemenangan Demokrat yang notabene adalah anak bau kencur pada Pemilu 2009, menunjukan bahwa pemilih ingin melihat perubahan di negeri ini. Rakyat sudah tidak mempercayai keseriusan partai partai besar yang sudah ada sebelumnya. Dan hal yang sama kini sedang terulang lagi, dimana partai pemenang pemilu yang di harapkan lebih "gaul" ternyata tidak kalah "norak"nya. Tentunya mereka akan melirik partai lain yang bisa diharapkan lebih baik lagi. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlewati, Nasdem dengan gaung restorasinya seperti memahami hal ini sehingga secara gencar melakukan gerilya politik baik melalui media maupun program langsung kepada masyarakat. Dan hasilnya Nasdem secara strategis berhasil memperjelas posisi superiornya saat parpol lain sibuk berkutat dengan citranya yang coreng moreng, dan sebagian lagi masih terhuyung kolaps di KPU.
Tidak ingin melepas kesempatan, Nasdem semakin memperhebat aksi manuvernya. Kali ini ""Kendaraan Perang" Surya Paloh ini melancarkan serangan "psikologis" mematikan yang membuat nyali lawan politiknya semakin menciut gentar. Wacana provokatif 5-10 milyar yang di lontarkan Nasdem (bagi caleg-nya) bisa di artikan sebagai sebuah tamparan, sekaligus tantangan perang terhadap partai-partai besar lainnya. Sekali lagi Nasdem membuktikan kelasnya dengan menunjukan kekuatan amunisi perang melimpah, dan siap di muntahkan kapan saja sebagai isyarat bahwa Sang Restorator tidak main-main dengan ancamannya.
Dan seperti yang diharapkan Nasdem, imbas dari "serangan" itu langsung terasa ketika tokoh tokoh politik dan media massa kembali menjadikan partai ini menjadi buah bibir pemberitaan. Sebuah kampanye terselubung yang menjadi tujuan alternatif Nasdem dari sekian sasaran utama yang sesungguhnya . Kedalam, minimal ini akan meningkatkan semangat juang dan rasa percaya diri para caleg Nasdem. Dan dampak eksternalnya, akan membuat caleg dari partai lain menjadi "cemburu" dengan kedermawanan partai pesaing mereka. Ini adalah "spekulasi" berani yang bisa berfungsi sebagai shock therapy sekaligus sebagai ajang unjuk kekuatan finansial sebuah partai. Tapi yang pasti, pesan pokok yang saya tangkap dari gebrakan jitu ini adalah Nasdem ingin mempertegas lagi, bahwa Perjuangan yang mengatas namakan rakyat harus disertai dengan keseriusan, totalitas dan pengorbanan partai itu sendiri.
Jika benar wacana spektakuler ini terealisasi, maka ini adalah nilai tambah yang bisa menaikan popularitas partai. Tentu ini berdampak positif, sebab caleg Nasdem diharapkan akan lebih baik daripada caleg partai lain yang mungkin menggunakan investor yang berimbas menjadi utang politik, dan bisa mempengaruhi efektifitas kinerja sang caleg. Maka dengan melihat sebab dan kemungkinan diatas, tidaklah berlebihan jika saya mengatakan bahwa Nasdem dalam setiap aktifitas politiknya, sudah mempersiapkan diri untuk mengatakan ,”Kami datang, kami lihat dan kami menang."
Akhirnya semua kembali kepada masyarakat pemilih, karena apa yang diatas kertas tidak mesti terjadi dilapangan. Banyak faktor faktor tidak terduga yang akan terjadi di kemudian hari. Sebab politik tetaplah politik, dimana kepentingan (realistis) akan lebih di dahulukan daripada idealisme. Dalam politik, hitungannya bukan bulan atau tahun, melainkan detik dan menit. Dalam politik, perjuangan satu tahun tidak akan berarti banyak sebab satu detik bisa merubah segalanya. Memposisikan Nasdem sebagai juara dalam pemilu 2014 jelas terlalu dini dan berlebihan, maka pertanyaan yang wajar adalah; Seperti apa posisi Nasdem pada pemilu 2014 mendatang?
Bahwa setiap ajang untuk memilih yang terbaik tentu harus menjadi bagian dalam nominasi. Dan Nasdem menurut saya telah memenuhi syarat dalam daftar tersebut. Paling tidak saya bisa mengatakan bahwa Nasdem mungkin saja tidak di unggulkan, namun jika pertanyaannya adalah seperti ini : Parpol manakah yang berpotensi kuat menjadi kuda hitam dalam pertarungan 2014 mendatang..? Maka saya tidak akan ragu-ragu untuk mengatakan bahwa Kuda Hitam itu adalah Nasdem.
Soeharto Dimata Warga, G30S/PKI ; Pandangan Instan Dari Luar Garis, Film Omar ( Keteladanan Umar Bin Khattab), Soekarno-Hatta ; Pahlawan Yang Terabaikan, Belajar Jujur Dan Amanah; Review Dan Pepesan Kosong, Jokowi Si Umar Kecil, Geger Masalah UN Yang Di Undur; Bebas Berpendapat, Nasdem Dalam Pemilu 2014; Pewarna Blog, Ganti Rasa Dan Kemasan, Gudang Garam Bunuh Diri, BLSM ; Manuver Usang Sang Demokrat, Kenaikan BBM, BLSM, dan Pemilu,
## ===== ##
Artikel lainnya :Soeharto Dimata Warga, G30S/PKI ; Pandangan Instan Dari Luar Garis, Film Omar ( Keteladanan Umar Bin Khattab), Soekarno-Hatta ; Pahlawan Yang Terabaikan, Belajar Jujur Dan Amanah; Review Dan Pepesan Kosong, Jokowi Si Umar Kecil, Geger Masalah UN Yang Di Undur; Bebas Berpendapat, Nasdem Dalam Pemilu 2014; Pewarna Blog, Ganti Rasa Dan Kemasan, Gudang Garam Bunuh Diri, BLSM ; Manuver Usang Sang Demokrat, Kenaikan BBM, BLSM, dan Pemilu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar